PENCEGAHAN
RESIKO KEGAGALAN PERTUMBUHAN ANAK
SEJAK
HAMIL
(Ni’mawati
Anggraeni, PG-PAUD 10111241008)
PENDAHULUAN
Kegagalan pertumbuhan pada anak-anak merupakan masalah
gizi yang sering dijumpai di sebagian besar negara-negara berkembang. Masalah gizi, khususnya anak pendek, dapat
menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam
kehidupan selanjutnya. Studi menunjukkan bahwa anak pendek sangat berhubungan
dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan yang menurun dan
pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa. Anak-anak pendek menghadapi
kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang
berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak
menular. (UNICEF Indonesia, 2012)
Anak bertubuh pendek, atau yang biasa
disebut dengan kegagalan pertumbuhan sebenarnya dapat dicegah sejak dalam
kandungan. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memberi
pengetahuan kepada para Ibu, khususnya Ibu hamil dengan harapan agar kelak bayi
yang dilahirkan tidak mengalami kegagalan pertumbuhan dan pada pasca kelahiran
selalu memperhatikan asupan gizi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan
anaknya.
A. Pengertian Kegagalan Pertumbuhan
Kegagalan Pertumbuhan
atau growth faltering adalah suatu
kondisi ketika bayi tidak tumbuh pada tingkat yang diharapkan. Kegagalan
pertumbuhan dapat mempengaruhi tinggi, berat badan dan lingkar kepala dengan
nilai yang lebih rendah dari yang diharapkan. Anak yang mengalami kegagalan
pertumbuhan memiliki tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala yang kurang
dari anak yang memiliki pertumbuhan yang normal (www.smanutrition.co.uk).
Proses untuk menjadi
seorang yang mengalami kegagalan pertumbuhan dimulai dari dalam rahim hingga
anak berusia 2 tahun. Sehingga status kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan
penentu kegagalan pertumbuhan pada anak. Sangat penting bagi bayi yang baru
lahir untuk mendapatkan nutrisi yang cukup guna membantu mereka tumbuh dan
berkembang.
Anak balita mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi
setiap Kg berat badannya (Soegeng Santoso dkk, 1995). Perkembangan otak anak mungkin akan
terpengaruh jika pertumbuhan mereka terputus-putus atau terganggu. Sehingga
sangat penting untuk mengenali kegagalan pertumbuhan sedini mungkin. Sebab,
ketika saat usia anak telah melewati usia dua tahun, sudah terlambat untuk
memperbaiki kerusakan pada tahun-tahun awal.
B. Data Kegagalan Pertumbuhan di
Indonesia
Di
Indonesia, kegagalan pertumbuhan yang terjadi pada anak-anak masih sangat
tinggi. Persentase anak pendek di Indonesia meliputi 34 persen balita dan 30
persen anak sekolah. Data RISKESDAS, Kementrian Kesehatan Indonesia menunjukkan
bahwa di Yogyakarta kegagalan pertumbuhan atau anak pendek mempengaruhi 23
persen anak balita. Tujuh provinsi memiliki prevalensi 40 persen atau lebih, 17
provinsi memiliki prevalensi 30,39 persen, bahkan lebih dari setengah anak di
Nusa Tenggara Timur atau sekitar 58 persen adalah anak pendek. Jumlah ini
hampir mendekati persentase anak pendek tertinggi di dunia yaitu 59 persen di
Afganistan. (UNICEF Indonesia, 2012)
Secara
Nasional, proporsi anak dengan berat lahir rendah pada tahun 2010 adalah berat
lahir rendah di 14 provinsi pada tahun 2007 sampai 2010 terus meningkat, dan
lebih dari sepertiga perempuan usia subur di Indonesia tidak memenuhi
persyaratan nasional untuk asupan makanan yang mengandung energi atau protein (Vera
Farah Bararah,2012)
C. Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan
Pertumbuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pertumbuhan
diantaranya adalah :
1.
Adanya
hambatan terhadap upaya peningkatan gizi dan perkembangan anak, yaitu
a.
Masalah
kegagalan pertumbuhan tidak mudah untuk dilihat dan diketahui
b.
Pengetahuan
yang tidak memadai
c.
Perempuan
tidak menyadari pentingnya gizi mereka sendiri
d.
Masyarakat
dan petugas kesehatan perlu memahami pentingnya ASI eksklusif dan praktek
pemberian makanan bayi dan anak yang tepat
e.
Keluarga
sering tidak memiliki pengetahuan tentang gizi dan perilaku kesehatan.
f.
Penyedia
layanan kesehatan dan petugas masyarakat tidak memberikan konseling gizi yang
memadai (UNICEF Indonesia, 2012)
2. Kurang
gizi kronis sejak dalam kandungan
Masih
banyak ibu hamil yang kurang mengkonsumsi zat besi dan asam folat atau
suplementasi gizi mikro ganda bagi ibu hamil.
3. Kemiskinan
Anak
pedesaan dengan jumlah masyarakat miskin lebih banyak dari daerah perkotaan
memiliki proporsi anak pendek yang lebih besar. Keterbatasan penghasilan
membuat masyarakat di pedesaan kurang memperhatikan asupan makanan yang bergizi.
4.
Bayi
tidak makan cukup sering
Bayi
memiliki masalah makan dan tidak mendapatkan ASI yang cukup selama menyusu.
5.
Bayi
tertidur sebelum mereka kenyang
Beberapa
bayi mungkin tidak mendapatkan kalori atau nutrisi yang cukup selama awal masa
sapih, saat makanan yang padat mulai diperkenalkan (www.smanutrition.co.uk).
6. Refluks
gastro-esofagus
Menurut Badriul Hegar, refluks gastro-esofagus
adalah kondisi dimana isi cairan lambung dimuntahkan/dialirkan kembali ke dalam
esofagus akibat belum sempurnanya katup antara lambung dan esofagus. Keadaan ini
menyebabkan rasa nyeri bila kerongkongan dilalui oleh minuman/makanan, sehingga
bayi pada keadaan lanjut akan terganggu pertumbuhannya akibat masukan makanan
yang kurang (www.idai.or.id).
7. Malnutrisi
/ kekurangan gizi, yang biasanya terjadi sebagai konsekuensi terhadap penyakit
dan / atau kondisi
Misalnya, anak-anak dengan luka bakar, cystic
fibrosis, kanker, penyakit jantung bawaan, penyakit radang usus, penyakit hati,
neurodisability, stres metabolik, sindrom usus pendek, dll beresiko mengalami
kegagalan pertumbuhan (www.nutricia.com).
D. Dampak Kegagalan Pertumbuhan
Dampak jangka
panjang dari kegagalan pertumbuhan masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa mungkin ada dampak pada perkembangan kognitif, sementara
studi lain mengindikasikan bahwa dampak tersebut tidak akan bertahan lama.
a. Penelitian
oleh Skuse dkk (1992) menyarankan bahwa pada awal kegagalan pertumbuhan,
hasilnya lebih sedikit. Ada kumulatif defisit dalam keterampilan intelektual,
dengan kinerja yang memburuk antara bayi dan anak usia empat tahun.
b. Sebuah
studi tahun 1991 oleh Grantham-McGregor et al menemukan bahwa anak-anak dengan
kegagalan pertumbuhan telah tumbuh dengan suplemen makanan dan berkembang
lebih baik jika dilakukan 10 kali tes
dan stimulasi dari perawatan awal.
c. Penelitian
selanjutnya oleh Drewett dkk (1999) menunjukkan bahwa 10 perbedaan antara anak
gagal tumbuh dan kontrol yang tidak signifikan, bahwa efek dari kurang gizi pada pengembangan
intelektual dicuci dari waktu ke waktu (Angela Underdown and Eileen Birks, 2006).
Sedangkan
menurut UNICEF Indonesia, kegagalan pertumbuhan berdampak negatif pada
kehidupan selanjutnya yang berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk,
lama pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa.
Selain itu kegagalan pertumbuhan juga berdampak pada konsekuensi jangka pendek
dan jangka panjang yang serius terhadap perkembangan anak-anak, seperti
keterlambatan perkembangan, disfungsi gastrointestinal, peningkatan risiko infeksi,
dan defisit dalam kognisi dan kompetensi sosial / emosional (UNICEF Indonesia,
2012).
E. Pencegahan Kegagalan Pertumbuhan
pada Anak
Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
kegagalan pertumbuhan pada anak dapat dilakukan dengan intervensi gizi efektif
melalui paket Intervensi Gizi Efektif (IGE), yaitu memberikan rangkaian layanan
sejak pra-kehamilan sampai anak berusia dua tahun.
Isi dari Paket Intervensi Gizi Efektif diantaranya
adalah sebagai berikut :
a.
Konseling
bagi ibu hamil dan ibu dari anak-anak di bawah usia 2 tahun
b.
Praktek
pemberian makanan bayi dan anak yang tepat
c.
Gizi
mikro bagi perempuan hamil dan bagi anak yang meliputi :
· Besi dan asam
folat atau suplementasi gizi mikro ganda bagi ibu hamil
· Garam beryodium
yang memadai bagi semua rumah tangga
· Suplementasi
Vitamin A bagi anak-anak usia 6-59 bulan
d.
Perilaku
kebersihan yang baik dalam kehamilan, masa bayi dan usia dini
e.
Pemberantasan
penyakit cacingan bagi ibu dan anak usi 1-5 tahun
f.
Pengobatan
anak yang sangat kurus dengan menggunakan makanan terapetik siap pakai
g.
Pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan energi dan protein bagi ibu
hamil kurang makan
h. Calcium
supplementation for pregnant women (UNICEF Indonesia, 2012)
KESIMPULAN
Kegagalan pertumbuhan membawa dampak yang sangat besar
bagi anak pada jangka pendek maupun jangka panjang kehidupan anak. Penentu
utama terjadinya kegagalan pertumbuhan pada anak adalah sang ibu. Jika pada
saat hamil ibu tidak mengkonsumsi gizi yang cukup, maka akan berdampak negatif bagi pertumbuhan anak khususnya
mengarah pada terjadinya kegagalan pertumbuhan. Sehingga pencegahan awal pada
pra-kehamilan sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadinya kegagalan
pertumbuhan pada anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Angela Underdown and Eileen Birks. 2006. Faltering Growth. diunduh dari www.gp-training.net/training/tutorials/clinical/
paediatrics/pgrowth2.htm pada tanggal 8 April 2013
Santoso,Soegeng dkk.1995. Kesehatan dan Gizi.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Tenaga Akademik: Jakarta
Hegar,Badriul. 2011. Regurtasi Suatu Keadaan Normal atau Hal yang Perlu Diperhatikan. diunduh
dari www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=2011
421105612 pada tanggal 8 April 2013
Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak. diunduh dari www.unicef.org/indonesia/id.A6_-_B_Ringkasan
_Kajian_Gizi.pdf pada tanggal 26 Maret 2013
Bararah,Vera
Farah. 2012. Waduh
Jumlah Anak Pendek di Indonesia Lebih Banyak dari Malaysia. diunduh dari m.detik.com/health/read/2012/11/4/165517/2091864/1301/ waduh-jumlah-anak-pendek-di-indonesia-lebih-banyak-dari-malaysia?d992201287
pada 8 April 2013
_._. Faltering
Growth. diunduh dari www.smanutrition.co.uk/know-how/feeding-problems/faltering-growth/information-667.aspx?catid=15
pada tanggal 2 April 2013
_._. Faltering
Growth. diunduh dari www.nutricia.com/our-products/paediatrics-nutrition/conditions1/growth-faltering1
pada tanggal 2 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar